PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring dengan perkembangan zaman
bahwa sejarah kemerdekaan Indonesia tak terlepas dari awal lahirnya
organisasi-organisasi pergerakan perjuangan kebangsaan Indonesia Modern, untuk
itu perlu dikaji dan dibahas bahwa perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan sangat panjang dan berliku serta membutuhkan korban yang tidak
sedikit jumlahnya. Salah satu dari organisasi tersebut adalah Sarekat Islam.
Organisasi Serikat Islam pada
awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis
pada tahun 1909 oleh R.M. Tirto Adi Suryo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk
melindungi hak-hak pedagang pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan
untuk pedagang-pedagang besar Tionghoa.
B. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah
maka materi yang dikaji akan difokuskan pada pembahasan mengenai aspek berikut
:
1) Latar Berdirinya Organisasi Sarekat Islam
2) Berdirinya Organisasi Sarekat Islam
3) Kepengurusan Organisasi Sarekat Islam
4) Arah Organisasi dan Perkembangannya
5) Pengaruhnya dalam mewujudkan Indonesia merdeka
C. Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah maka, dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu sebagai berikut :
1) Apa yang melatarbelakangi berdirinya Organisasi Sarekat Islam
?
2) Bagaimanakah proses berdirinya Organisasi Sarekat Islam ?
3) Bagaimana bentuk kepengurusan Organisasi Sarekat islam ?
4) Kemana arah Organisasi dan perkembangannya ?
5) Apa pengaruhnya dalam mewujudkan Indonesia Merdeka ?
D. Tujuan
Pada pembuatan makalah ini, penulis
memiliki maksud dan tujuan untuk menjawab rumusan masalah diatas yang akan
dikemukakan pada subbab. Adapun ruang lingkup pembahasan mencakup hal dibawah
ini :
1. Bertujuan untuk menjelaskan Latarbelakang berdirinya
Organisasi Sarekat islam
2. Bertujuan untuk menjelaskan Proses berdirinya
organisasi
3. Bertujuan untuk menjelaskan Arah organisasi dan
perkembangannya
4. Bertujuan untuk menjelaskan pengaruhnya dalam mewujudkan
Indonesia Merdeka
BAB II
A. Latar Belakang Berdirinya
Organisasi Serikat Islam pada
awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis
pada tahun 1909 oleh R.M. Tirto Adi Suryo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk
melindungi hak-hak pedagang pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan
untuk pedagang-pedagang besar Tionghoa.
Namun pada tahun 1911 di Solo, Haji
Samanhudi (seorang pengusaha batik) mendirikan sebuah perkumpulan bernama
Sarekat Dagang Islam. Lahirnya sarekat Dagang Islam ini didorong oleh faktor
ekonomi dan agama[1].
Latar belakang ekonomis perkumpulan
ini ialah perlawanan dagang antara (penyalur) oleh orang Cina,[2] pada saat itu orang-orag china
memegang monopoli di bidang perdagangan bahan baku batik. Akibat monopoli di
bidang perdagangan tersebut sangat terasa bagi pengusaha Indonesia, terutama
dalam usaha untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan bahan baku untuk
keperluan membatik.
Di bawah pimpinan H. Samanhudi
perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh
dan akhirnya pada tahun 1912 oleh pimpinannya yang baru yaitu Haji Omar Said
Cokroaminoto namanya diubah menjadi Sarekat Islam . Hal ini dilakukan agar
organisasi ini tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam
bidang lain seperti politik[3]. Walaupun dalam anggaran dasarnya tidak
terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh perhatian
besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan
yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Artinya SI memiliki jumlah anggota
yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pihak belanda.
B. Berdiri
1. Sarekat Dagang Islam
Serikat Dagang Islam didirikan pada tanggal 27 Maret 1909 di
rumah Tirto Adhi Soerjo di Bogor dengan keluarga Badjenet, namun baru mendapat
peresmian dari pihak pemerintah Hindia-Belanda pada tanggal 5 April 1909. Pada
perjalanannya terjadi perbedaan pandangan dan tujuan organisasi antara Tirto
Adhi dan Badjenet, Tirto Adhi menghendaki organisasi di arahkan kepada suatu
pergerakan dalam bidang politik sedangkan keluarga Badjenet hanya semata-mata
untuk kepentingan dagang.
2. Sarekat Islam
Dengan keluarnya keluarga Badjenet dari keanggotaan SDI, maka
arah dan tujuan SDI diwarnai gerakan dalam bidang politik. Untuk masuk ke
kota-kota kecil, maka Tirto Adhi menganjurkan untuk didirikan Serikat Dagang
Islam di Solo yang di ketua oleh Haji Samanhoedi pada tanggal 9 November 1911.
Dalam penyusunan dasar organisasi maka dagangnya dihilangkan menjadi Sarekat
Islam. Sejak itulah organisasi ini mulai mengubah langkah pergerakannya dari
bidang ekonomi ke arah bidang politik.[4]
C. Kepengurusan
1. Susunan kepengurusan
Susunan kepengurusan Serikat Dagang Islam yang berdiri pada
tanggal 27 Maret 1909 di Bogor
Presiden :
Sjech Achmad bin Abdoelrachman Badjenet
Wakil
Presiden :
dr. Mohamad Dagrim
Komisaris :
Sjech Achmad bin Said Badjenet. Sjech Galib bin
Said Tebe. Sjech Mohamad bin Badjenet, Mas Railoes, dan Haji
Mohamad Arsad
Kasir :
Sjech Said bin Abdurrachman Badjenet
Secretaries-Adviseur : R.M.
Tirto Adhi Soerjo[5].
2. Tujuan organisasi
1. Memajukan perdagangan
2. Memberikan pertolongan kepada anggotanya yang mengalami
kesukaran dalam bidang usaha
3. Memajukan kepentingan jasmani dan rohani penduduk asli
4. Memajukan
pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
5. Memajukan kehidupan beragama
6. Memperbaiki
pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
D. Arah Organisasi dan Perkembangannya
1. Organisasi Sosial
2. Politik
Perkembangan Organisasi Sarekat
Islam semakin Pesat, yang memiliki cabang-cabang di berbagai daerah, untuk
mempermudah pengawasan terhadab cabang tersebut maka pada kongres Sarekat Islam
di Yogayakarta pada tahun 1914, HOS Tjokroaminoto terpilih
sebagai Ketua Sarekat Islam yang membentuk Central Serikat Islam (CSI).[6] Ia berusaha tetap mempertahankan
keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk memisahkan diri
dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus dijaga
karena Islam sebagai unsur penyatu.
Politik Kanalisasi Idenburg cukup
berhasil, karena Central Sarekat Islam baru diberi pengakuan badan hukum pada
bulan Maret 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhiri masa
jabatannya. Idenburg digantikan oleh Gubernur Jenderal van Limburg Stirum
(1916-1921). Gubernur Jenderal baru itu bersikap agak simpatik terhadap Sarekat
Islam.
Namun sebelum Kongres Sarekat Islam
Kedua tahun 1917 yang diadakan di Jakarta muncul aliran revolusionaer
sosialistis yang dipimpin oleh Semaun. Pada saat itu ia menduduki
jabatan ketua pada SI lokal Semarang. Walaupun demikian, kongres tetap
memutuskan bahwa tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah membentuk pemerintah
sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme yang jahat. Dalam
Kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai dalam Voklsraad. HOS
Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis (anggota yang dipilih)
mewakili Sarekat Islam dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
Pada Kongres Sarekat Islam
Ketiga tahun 1918 di Surabaya, pengaruh Sarekat Islam semakin
meluas. Sementara itu pengaruh Semaun menjalar ke tubuh SI. Ia berpendapat
bahwa pertentangan yang terjadi bukan antara penjajah-penjajah, tetapi antara
kapitalis-buruh. Oleh karena itu, perlu memobilisasikan kekuatan buruh dan tani
disamping tetap memperluas pengajaran Islam. Dalam Kongres SI Keempat tahun
1919, Sarekat Islam memperhatikan gerakan buruh dan Sarekat Sekerja karena hal
ini dapat memperkuat kedudukan partai dalam menghadapi pemerintah kolonial.
Namun dalam kongres ini pengaruh sosial komunis telah masuk ke
tubuh Central Sarekat Islam (CSI) maupun cabang-cabangnya. Dalam
Kongres Sarekat Islam kelima tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap
kebijaksanaan Central Sarekat Islam yang menimbulkan perpecahan.
Rupanya benih perpecahan semakin
jelas dan dua aliran itu tidak dapat dipersatukan kembali. Dalam Kongres Luar
Biasa Central Sarekat Islam yang diselenggarakan tahun 1921 dibicarakan masalah
disiplin partai. Abdul Muis (Wakil Ketua CSI) yang menjadi pejabat
Ketua CSI menggantikan Tjokroaminoto yang masih berada di dalam penjara,
memimpin kongres tersebut. Akhirnya Kongres tersebut mengeluarkan ketetapan
aturan Disiplin Partai[7]. Artinya, dengan dikeluarkannya aturan
tersebut, golongan komunis yang diwakili oleh Semaun dan Darsono, dikeluarkan
dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari Sarekat Islam, maka Sarekat
Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang berasaskan
kebangsaan keagamaan di bawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat
Islam Merah yang berasaskan komunis di bawah pimpinan Semaun yang
berpusat di Semarang.
Pada Kongres Sarekat
Islam Ketujuh tahun 1923 di Madiun diputuskan bahwa Central Sarekat
Islam digantikan menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). dan cabang
Sarekat Islam yang mendapat pengaruh komunis menyatakan diri bernaung
dalam Sarekat Rakyat yang merupakan organisasi di bawah naungan Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Pada periode antara tahun
1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan parlementer dan
evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan politik kerja sama dengan
pemerintah kolonial. Namun setelah tahun 1923, Sarekat Islam menempuh garis
perjuangan nonkooperatif. Artinya, organisasi tidak mau bekerja sama dengan
pemerintah kolonial, atas nama dirinya sendiri. Kongres Partai Sarekat Islam
tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan
nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai
kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri
dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI).
Pada tahun 1927 nama Partai
Sarekat Islam ditambah dengan “Indonesia” untuk menunjukan perjuangan
kebangsaan dan kemudian namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII).[8] Perubahan nama itu dikaitkan dengan
kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda. Namun dalam tubuh PSII terjadi
perbedaan pendapat antara Tjokroaminoto yang menekankan perjuangan kebangsaan
di satu pihak, dan di pihka lain dr. Sukiman yang menyatakan keluar dari PSII
dan mendirikan Partai Islam Indonesia (PARI). Perpecahan ini
melemahkan PSII. Akhirnya PSII pecah menjadi PSII Kartosuwiryo, PSII
Abikusno, PSII, dan PARI dr. Sukiman
E. Pengaruhnya dalam Mewujudkan Indonesia Merdeka
1. Organisasi Sarekat Islam memiliki Peranan penting dalam
penyatuan masyarakat dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
2. Dengan adanya Sarekat Islam telah memberikan semangat bangsa
Indonesia untuk melawan penjajahan, terutama dari tujuan awalnya yaitu
mendapatkan hak-hak para pedagang batik di Pulau Jawa dari bangsa China.
3. Sarekat Islam sebagai pemersatu umat Islam dan membangkitkan
semangat nasionalisme
4. Sarekat Islam juga sebagai Cikal bakal lahirnya berbagai
partai politik dan berbagai aliran sebagai penambah kazhanah percaturan politik
sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia.
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Sarekat Islam merupakan sebuah
organisasi yang berdiri pada tahun 1909 dengan nama Sarekat Dagang Islam. Namun
pada tahun 1911 berganti nama menjadi Sarekat Islam, dimana pada awalnya
organisasi ini hanya bergerak di bidang Sosial-Budaya seiring perkembangannya
alirannya berubah haluan menjadi bersifat Politik.
Organisasi Sarekat Islam ini
memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan kemerdekaan, dimana
organisasi ini telah berhasil menimbulkan rasa nasionalisme dan rasa persatuan
bahwa kita bangsa Indonesia harus bisa menumpas penjajahan dan harus meraih
kemerdekaan. SI telah berhasil mencetak kaum-kaum Intelektual.
B. Kritik dan Saran
1. Makalah ini hendaknya dilengkapi dengan buku sumber yang
lebih banyak sehingga pemahaman materi lebih rinci dan lebih banyak
perbandingannya.
2. Makalah ini diharabkan bisa dijadikan bahan pembelajaran
untuk materi yang tercakup.
DAFTAR PUSTAKA
Enar, Fatimah. 2008. Kapita Selekta Sejarah
Indonesia dan Dunia. Padang : Program Belajar
Jarak Jauh Unit Pembina Regional III IKIP Padang 1982.
Noer, Deliar. 1994. Gerakan Moderen Islam di
Indonesia 1900-1942. Jakarta : PT Pustaka
LP3ES.
Poesponegoro, Marwati Djoened, Dkk. 1992. Sejarah
Nasional Indonesia V. Jakarta : Balai
Pustaka.
Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional Mencapai &
Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Syamdani. 2012. Tan Malaka Nasionalisme seorang
Revolusioner. Jakarta : TERAS
Setianto, Yudi. Sarekat Islam: Gerakan Awal
Nasional-Religius Di Indonesia.
No comments:
Post a Comment