Saturday 16 April 2016

Mega Marketing




  definisi dasar kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan (demand), Karena akan fatal akibatnya apabila seorang marketer tidak dapat membedakan atau mengetahui definisi dari kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan (demand).
Dan berikut ini adalah definisi dari kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan (demand) menurut Philip Kotler:
1. Kotler (2003: 7) mendefinisikan kebutuhan (needs) dimana manusia merasa kekurangan.
2. Kotler (2003: 7) mendefinisikan keinginan (wants) adalah kebutuhan (needs) yang dibentuk oleh budaya dan keperibadian individu.
3. Kotler (2003: 8) mendefinisikan permintaan (demand) adalah keinginan yang didukung daya beli.
Sebagai tambahan Kartajaya (2004: 38) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Rethinking Marketing, ketika pasar sudah keluar dari monopoli karena adanya pesaing yang masuk, maka pelanggan tidak hanya memiliki kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) tetapi mereka sudah mulai membangun harpaan (expectation) dalam benak mereka.

KEPUASAN PELANGGAN (CUSTOMER SATISFACTION)
DAN
NILAI BAGI PELANGGAN (CUSTOMER VALUE)
Konsumen sangat sensitif dan memiliki sebuah harapan akan kinerja dari produk yang dia beli, apakah sesuai dengan harapan (expectation) atau tidak, dan apakah memiliki sebuah added value atau tidak. dalam ilmu pemasaran di kenal istilah kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan nilai bagi pelanggan (customer value) yang menurut Kotler memiliki definisi :
1. Kotler (2003: 10) mendefinisikan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai tingkatan dimana anggapan kinerja (perceived performed) produk akan sesuai dengan harapan seorang pembeli.
2. Kotler (2003: 9) mendefinisikan nilai bagi pelanggan (customer value) sebagai suatu perbedaan antara nilai yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya untuk memiliki produk tersebut.

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Lalu bagaimana jika pelanggan (cutomer) tidak puas????? Apa yang harus dilakukan produsen?????? Salah satu jawabannya adalah Total quality management (TQM) yang menurut Philip Kotler (2003: 11) memiliki pengertian Program-program yang dirancang untuk melakukan perbaikan kualitas produk, jasa, dan proses pemasaran secara terus-menerus.

TQM dilakukan dengan 3 cara :
1. Sistem.
2. Teknik.
3. Sikap.

TQM Harus :
1. Tepat guna.
2. Sesuai tuntutan pelanggan.
3. Memenuhi harapan pelanggan.

Fungsi TQM :
1. Menjadikan Qualitas sebagai strategy usaha.
2. Memberdayakan setiap fungsi dan anggota.
3. Berorientasi pada customer satisfaction.

PASAR (MARKET)
Berikutnya saya akan lebih dalam membahas pengertian pasar (market). Apa itu pasar (market) bagi seorang marketer? Kotler (2003: 13) mendefinisikan pasar (market) sebagai suatu kumpulan pembeli yang aktual dan potensial dari sebuah produk.

KEUNGGULAN BERSAING (COMPETITIVE ADVANTAGE)
Keunggulan bersaing (competitive advantage) menjadi sangat penting dalam sebuah persaingan bisnis. Bisnis akan sukses jika product atau jasa yang di jual memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage) Kotler (2003: 311) mengemukakan bahwa keunggulan bersaing (competitive advantage) adalah keunggulan terhadap pesaing yang diperoleh karena menawarkan kepada konsumen nilai yang lebih besar, baik melalui harga yang lebih murah atau dengan memberikan sejumlah manfaat yang lebih banyak yang dapat dijadikan alasan untuk menetapkan harga yang lebih tinggi.

MANAJEMEN PEMASARAN
Pengertian Manajemen Pemasaran:
Manajemen pemasaran menurut Kotler (2003: 16) adalah Analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.

Paradigma Baru :
Era persaingan global, downsizing, pasar yang sedang tumbuh, meningkatnya compatibility technology communication, serta berbagai tantangan persaingan, mengharuskan perusahaan untuk berinovasi dan kreatif dalam menyusun strategi dan program-program promosi agar menang bersaing. Akumulasi strategi dan program promosi yang tepat akan menghasilkan identitas merek yang lebih baik. Memiliki identitas yang lebih baik harus berorientasi pada pelanggan, bukan berorientasi pada produk, tindakan ini akan mudah sekali ditiru karena sebaik apa pun kulaitas produk yang kita hasilkan, dalam waktu relattif singkat pasti pesaing sudah dapat menirunya (Rangkuti, 2009: 1). Terlebih lagi saat ini setiap kategori produk sudah memiliki standar kualitas minimal yang dipersyaratkan sehingga sekali kita memiliki standar kualitas minimal tersebut, produk kita akan mudah diterima pasar. Saat ini, paradigma pemasaran sudah berubah dari berorientasi pada produk, menjadi berorientasi pada merek. Persaingan bukan lagi perang antarproduk, melainkan sudah beralih pada perang antarmerek. Produk yang memiliki merek yang kuat, akan lebih mudah memenangkan persaiangan (Rangkuti, 2009: 2).

Sudah saatnya kini melakukan pemikiran ulang mengenai konsep brand value untuk meraih market share, peningkatan penjualan dan mendominasi pasar. Pasar secara radikal telah berubah, tidak ada satu pun perusahaan yang secara adem ayem stabil di puncak kekuasaan. Perusahaan yang tidak mampu mengelola dan membangun brand yang dimiliki, bersiaplah untuk menyingkir dari pertempuran atau dipaksa untuk merger atau dijual (Rangkuti, 2009: 3).

Setiap merek yang berhasil pasti didalamnya ada produk yang berkualitas, tetapi tidak semua produk yang berkualitas memiliki merek yang berhasil. Alasannya, produk adalah sesuatu objek yang dibuat perusahaan, sedangkan brand adalah sesuatu objek yang dibeli dan dicari konsumen. Brand merupakan representasi dari kepuasan dan loyalitas serta pengalaman pelanggan. Produk dapat ditiru, namun merek yang asli tidak dapat dipalsu, pelanggan jauh lebih mengerti dibandingkan pemalsu merek (Rangkuti, 2009: 3).

Sekarang tidak zamannya lagi mengiklankan produk secara berlebih-lebihan (Rangkuti, 2009: 3).

DEMARKETING
Pernahkah anda melihat atau mendengar produsen menolak suatu permintaan (demand) dari customer? Jika iya ada kemungkinan produsen tersebut sedang melakukuan demarketing. Demarketing adalah pemasaran guna mengurangi permintaan untuk sementara waktu atau selamanya (Kotler, 2003:16).
Tujuan demarketing bukan untuk menghancurkan permintaan, melainkan hanya untuk mengurangi atau mengalihkannya.

PEMASARAN RELASIONAL (RELATIONSHIP MARKETING)
Para marketer perlu membina hubungan relasional jangka panjang dengan para pelanggan, didtributor, dealer, dan pemasok yang bernilai tinggi, tujuannya agar tercipta loyalitas. Kotler (2003: 13) mendefinisikan pemasaran relasional (relationship marketing) sebagai proses penciptaan, pemiliharaan, dan peguatan hubungan yang kuat dan penuh nilai dengan pelanggan dan pemercaya lainnya.

ANALISIS TOWS vs SWOT
Apakah anda pernah mendengar analisis SWOT? (Strenghts-Weaknesses-Opportunities-Threats) jika ya, maka saya akan mengajak anda membandingkan analisis SWOT (Strenghts-Weaknesses-Opportunities-Threats) dengan analisis TOWS (Threats-Opportunities-Weaknesses-Strenghts).
Sekilas, analisis TOWS adalah serupa dengan analisis SWOT yang sangat terkenal itu (Memang TOWS kebalikan dari SWOT). Kendati ada perbedaan yang tampaknya dapat dia abaikan kedua kata itu, namun yang pertama (TOWS) memberikan hasil yang jauh lebih akurat daripada yang kedua (SWOT), karena TOWS memaksa para eksekutif bisnis untuk mengamati perubahan dari perspektif ‘outside- in’ (dari luar ke dalam), bukannya ‘inside-out’ (dari dalam ke luar).
Pada saat melakukan analisis SWOT, perusahaan bisa saja terjebak dengan terlalu banyak memberikan tekanan pada faktor-faktor internal serta membatasi identifikasi threats (ancaman) dan opportunities (peluang) hanya pada sesuai dengan kapabilitas perusahaan. Ini bukan berarti bahwa perusahaan tidak perlu menyesuaikan linkungan eksternal dengan kondisi internalnya; justru hal inilah yang terpenting yang harus dilakukan perusahaan. Dengan mengkaji segala kemungkinan ancaman dan peluang sebelum menelaah kelemahan dan kekuatan perusahaan, maka kita cenderung akan lebih mampu merumuskan dan menjalankan langkah-langkah strategis perusahaan yang sering kali dijalankan secara radikal. Perspektif ‘outside-in’ sesuai dengan market-oriented approach daripada product-oriented approach, sebagaimana yang terumus dalam filosofi marketing (Kartajaya, 2004:29).
Menurut Rangkuti (2009: 66) untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dapat digunakan metode bobot dan rating, yaitu membandingkan dengan pesaing utama, yang meliputi indicator:
1. Kualitas Produk
2. Harga
3. Saluran distribusi
4. Program-program promosi yang dilakukan
5. Persentase jumlah pelanggan yang telah mencoba
6. Persentase jumlah pelanggan yang membeli kembali
7. Jumlah pelanggan yang tidak membeli kembali

Kemudian Rangkuti (2009: 67) mengatakan peluang dan ancaman adalah semua factor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Indikator ini meliputi:
1. Perubahan selera konsumen
2. Daya beli
3. Perilaku pelanggan
4. Peraturan pemerintah
5. Kondisi persaingan
6. Banyaknya pemain baru yang muncul
7. Kekuatan pesaing

STRATEGI DAN TAKTIK
• Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan (Rangkuti, 2009: 68).
• Taktik adalah tindakan yang bersifat taktis sesuai dengan kondisi lapangan dalam menunjang strategi yang sudah diterapkan (Rangkuti, 2009: 68).
Startegi dan taktik diibaratkan seperti war and battle, keduanya memiliki perbedaan seperti yang dijelaskan diatas. Strategi itu lebih luas (war), sedangkan taktik lebih micro (battle / kaus per kasus).

VOLUME PENJUALAN
Penjulan merupakan tujuan utama dilakukan kegiatan perusahaan. Perusahaan dalam menghasilkan barang/jasa mempunyai tujuan akhir, yaitu untuk menjual barang/jasa tersebut kepada masyarakat. Oleh karena itu, penjualan memegang peranan penting bagi perusahaan agar produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat terjual dan memberikan penghasilan bagi perusahaan. Penjualan yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk menjual barang/jasa yang diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos untuk memperoleh laba (Rangkuti, 2009: 57).
Penjualan adalah pemindahan hak milik atas barang atau pemberian jasa yang dilakukan penjulanan kepada pembeli dengan harga yang disepakati bersama dengan jumlah yang dibebankan kepada pelanggan dalam penjualan barang/jasa dalam suatu periode akuntansi (Rangkuti, 2009: 57).
Penjualan merupakan pengalihan hak milik atas barang dengan imbalan uang sebagai gantinya dengan persetujuan untuk menyerahkan barang kepada pihak lain dengan menerima pembayaran. Keberhasilan usaha penjualan dapat dilihat dari volume penjualan yang didapat. Dengan kata lain, apakah usaha itu berhasil atau tidak, sangat tergantung kepada keberhasilan penjualan itu (Rangkuti, 2009: 57).
Volume penjualan adalah pencapaian yang dinyatakan secara kuatitatif dari segi fisik atau volume tau unit suatu produk. Volume penjualan merupakan sesuatu yang dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter (Rangkuti, 2009: 57).
Volume penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan barang. Semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan, maka semakin besar kemungkinan laba yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, volume penjualan merupakan salah satu hal yang harus dievaluasi untuk memungkinkan perusahaan agar tidaj rugi. Jadi, voleme penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan utama perusahaan dan bukannya untuk kepentingan volume itu sendiri (Rangkuti, 2009: 58).
Keterangan tersebut dipertegas oleh Swastha (1991), yang menyatakan bahwa hasil kerja dalam penjualan masih diukur terutama dari volume penjualan merupakan hasil total yang didapat perusahaan dari kegiatan penjualan barang dagangan (Rangkuti, 2009: 58).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa volume penjualan merupakan jumlah penjualan yang berhasil dilakukan perusahaan. Pengukuran volume penjualan biasannya ditujukan dalam bentuk angka-angka atas produk yang sudah terjual kepada pembeli. Kenaikan jumlah penjualan berarti kenaikan berarti kenaikan dari jumlah penjualan berarti kenaikan dari segi pendapatan perusahaan. Dengan demikian, fokus kegiatan perusahaan adalah usaha meningkatkan cara-cara penjualan dan kegiatan promosi yang intensif agar dapat meningkatkan volume penjualan demi kelangsungan hidup perusahaan untuk tumbuh dan berkembang (Rangkuti, 2009: 58).

9 Elemen Pemasaran :
STP : Segmentasi, Targeting, Positioning.
1. Segmentasi.
2. Targeting.
3. Positioning.
4. Diferensiasi.
5. Marketing Mix :
a) Product.
b) Place.
c) Price.
d) Promotion.
6. Selling.
7. Brand.
8. Service.
9. Process.

Landasan teori segmentasi pasar :
Membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang khas berdasarkan kebutuhan, karakterristik, atau perilaku yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang terpisah (Kotler, 2003: 282).

MENSEGMENTASI PASAR KONSUMEN
• Segmentasi Geografis, membagi pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, wilayah negara bagian, kabupaten, kota atau pemukiman.
• Segmentasi Demografis, Upaya membagi pasar menjadi sejumlah kelompok berdasarkan variable-variabel seperti usia, gender, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaann, pendidikan, agama, ras dan kebangsaan.
• Segmentasi Psikografis, Upaya membagi pembeli menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas social, gaya hidup atau karakteristik kepribadian.
• Segmentasi Perilaku, Upaya membagi suatu pasar kesejumlah kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pengunaan atau tanggapan konsumen terhadap suatu produk.

TARGETING

Landasan teori targeting :
• Proses mengevaluasi daya tarik tiap-tiap segmen dan memilih satu atau lebih atau lebih segmen yang akan dimasuki (Kotler, 2003: 282).

Landasan teori pasar sasaran (Target market) :
Pasar sasaran adalah seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan dan karakteristik yang sama, yang diputuskan untuk dilayani oleh perusahaan (Kotler, 2003:305).
Perusahaan dapat mengadopsi satu dari tiga strategy peliputan pasar :
• Pemasaran Tanpa diferensiasi
Strategy peliputan pasar dimana perusahaan mungkin memutuskan untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan yang ada pada setiap segmen pasar, dan masuk ke pasar secara keseluruhan dengan satu tawaran (Kotler, 2003:305).
• Pemasaran yang Terdiferensiasi
Strategi peliputan pasar dimana sebuah perusahaan memutuskan untuk membidik beberapa segmen pasar atau relung pasar dan mendesain tawaran yang terpisah bagi masing-masing segmen (Kotler, 2003:306).
• Pemasaran Terkonsentrasi
Strategy peliputan pasar dimana sebuah perusahaan memilih untuk meraih pangsa pasar yang besar pada satu atau beberapa subpasar (Kotler, 2003:307).
Landasan teori Positioning :
• Mengatur produk supaya dapat menempati posisi dalam benak konsumen yang jelas, khas, dan yang diinginkan secara relative terhadap produk pesaing (Kotler, 2003: 282).


MARKETING MIX
1. Product.
2. Place.
3. Price.
4. Promotion.
Jika yang dijual adalah jasa 4P+3P :
1. People.
2. Physical evidance (bukti fisik).
3. Prosess.

PRODUK DAN JASA
Apakah anda mengetahui perbedaan antara produk dan jasa? Pengetahuan akan produk dan jasa sangat lah penting, mengingat terdapat perbedaan secara dasar antara product dan jasa. Berikut ini adalah definisi dari produk dan jasa menurut Kotler (2003: 8) :
1. Produk adalah segala sesuatu yang bisa di tawarkan ke pasar untuk di perhatikan, di miliki, di gunakan, atau di konsumsi yang bisa memuaskan kebutuhan atau keinginan. Mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide.
2. Jasa adalah segala aktivitas atau manfaat yang ditawarkan untuk di jual oleh suatu pihak yang secara esensial tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan atau atas apapun.

HARGA (PRICE)
Harga (pricing) merupakan salah satu bagian dari marketing mix, strategy harga di bagi menjadi 2 yaitu Penetapan harga mengambil sebagian pasar (market skiming pricing) dan penetapan harga penetrasi pasar (market-penetration).
1. Penetapan harga mengambil sebagian pasar (market skiming pricing) :
Menetapkan harga tinggi atas produk baru guna mengambil pendapatan maksimum lapisan demi lapisan segmen yang mampu membayar harga tinggi tersebut; perusahaan mendapatkan lebih sedikit penjualan tetapi lebih besar labanya (Kotler, 2003:467).
2. Penetapan harga penetrasi pasar (market-penetration) :
Menetapkan harga rendah untuk produk baru agar dapat menarik banyak sekali pembeli dan memperoleh pangsa pasar yang besar (Kotler, 2003:468).
Tau kah anda tentang penetapan harga psikologis (psycological pricing)? Mungkin secara sadar atau tidak anda pernah melihat harga psikologis (psycological prcing). Menurut Kotler (2003:475) pengertian harga psikologis (psycological pricing) adalah sebuah pendekatan penetapan harga yang mempertimbangkan psikologis harga dan tidak semata-mata harga ekonomi; harga di gunakan untuk mengatakan sesuatu tentang produk. Bagi seorang marketer pengetahuan tentang harga psikologis (psycological prcing) sangatlah penting, mengapa? Konsumen tidak dapat menilai kualitas karena mereka kurang memiliki informasi atau keterampilan, harga menjadi sinyal yang penting atas kualitas (Kotler, 2003:475).

TAK PERLU SELALU MENURUNKAN HARGA
Patut disadari bahwa promo di dalam marketing itu ada banyak ragam dan siasatnya. Untuk itu, pemasar diharapkan tidak rejerembab kedalam persaingan yang berdarah-darah akibat perang harga. Biasanya, perang harga akan di iringi dengan pemberian diskon yang jorjoran dan sulit untuk kembali ke tarif semula.
Hanya pemasar yang andal yang bisa menghindar dari perang diskon, perang tarif, atau perang harga. Sebab, masih banyak segmen pasar yang tidak sensitif terhadap harga. Hermawan Kartajaya, Founder & CEO Markplus Inc, mengungkapkan, pemasar yang kreatif mampu menaikan functional benefit dan emotional benefit dari produk dan jasa mereka sehingga value yang diterima pelanggan menjadi bernilai tanpa harus menurunkan harga.
Hermawan Kartajaya mencontohkan, KFC, ritel makanan cepat saji asal Amerika, sukses menjual produknya tanpa menurunkan harga. KFC memasarkan produknya lewat inovasi dan kreatifitasnya, dengan mengeluarkan konsep Life Cafe dan melahirkan KFC music Hit List dengan band-band indie. Kedua konsep tersebut menganut prinsip low budget high impact. Artinya, dengan dana promosi yang minimal, KFC berhasil dampak yang besar dalam bentuk penjualan.

PROMOSI (PROMOTION)
Promosi di bagi menjadi 2 tipe yaitu :
1. Above the line (ATL) : Promosi melalui media (iklan).
2. Below The line (BTL) : Promosi langsung kepada konsumen.
Promosi haruslah menghasilakn atau meningkatkan penjualan yang diinginkan atau di harapkan, promosi tidak hanya menaikan citra dari sebuah produk.

DISTRIBUSI
Menurut Kotler (2003:508) saluran distribusi merupakan sekumpulan organisasi yang saling bergatung terlibat dalam proses membuat produk atau jasa yang siap digunakan atau di konsumsi oleh konsumen atau penngguna bisnis.

BRAND
Brand Positioning
Kegiatan utama dalam mengelola suatu merek adalah dengan membuat brand positioning. Positioning yang jelas dapat menunjukan kepada kita, kepada siapa target market merek di tujukan, apa yang ingin kita komunakaiskan kepada target market tersebut dan media apa yang akan kita pakai sebagai alat untuk menyampaikan komunikasi kita tersebut, sehingga kita dapat berhubungan secara langsung dengan target market (Rangkuti, 2009: 63).
Positioning mengadung makna atau arti yang spesifik yang dikandung dalam suatu merek. Merek yang memiliki positioning yang jelas, akan disimpan dalam benak konsumen sebagai merek yang memiliki perbedaan dibandingkan dengan merek lain dalam kategori produk sama. Pada umumnya, positioning dinyatakan dalam bentuk pernyataan pendek bahkan dalam satu kata yang mencerminkan merek tersebut. Pernyataan ini dapat menjelaskan kepada konsumen, mengapa merek kita berbeda dari merek pesaing sehingga merek kita dapa memberikan jaminan atau janji bahwa dengan membeli merek ini, konsumen dapat teratasi masalahnya (Rangkuti, 2009: 63).
Menurut Rangkuti (2009: 63), pernyataan positioning yang baik minimum dapat menjelaskan:
1. Keunggulan bersaing merek tersebut.
2. Mampu memotivasi konsumen untuk segera melakukan tindakan pembelian.
Kita dapat mem-positioningkan suatu merek berdasarkan atribut produk atau berdasarkan fungsional, simbolik atau keuntungan (Rangkuti, 2009: 64).
Brand Extension
Brand Extension dapat dilakukan secara horizontal maupun vertical. Perluasan merek secar horizontal contohnya dilakukan oleh Dunhil dengan berbagai produk seperti tas, dompet, dan sigaret. Sedangkan, perluasan secara vertical, contohnya dilakukan oleh produk lini uyang berbeda (line extension).
Menurut Rangkuti (2009: 74), perluasan merek terjadi apabila:
1. Merek individual dikembangkan untuk menciptakan suatu merek kelompok.
2. Produk yang memiliki hubungan ditambahkan pada suatu merek kelompok yang ada.
3. Suatu merek individu atau kelompok, dikembangkan ke produk-produk yang tidak memiliki hubungan.
Perluasan merek ke dalam kategori produk yang sama, memiliki keuntungan dari meminimalkan biaya pengembangan produk dan memperkecil resiko. Sedangkan, perluasan merek ke dalam kategori produk yang berbeda ditujukan untuk menangkap peluang pasar dengan risiko meningkatnya risiko apabila produk tersebut gagal di pasaran.
Menurut Aeker (dalam Rangkuti, 2009: 74) strategi perluasan merek membutuhkan tiga tahap, yaitu:
1. Mengidentifikasi asosiasi-asosiasi merek.
2. Mengidentifikasi produk-produk yang berkaiyan dengan asosiasi-asosiasi tersebut.
3. Memiliki calon yang terbaik dari daftar produk tersebut untuk dilakukan uji konsep dan pengembangan produk baru.

Citra merek (brand image)
Menurut Rangkuti (2009: 90) Citra merek (brand image) adalah persepsi merek yang dihubungkan dengan asosiasi merek yang melekat dalam ingatan konsumen. Asosiasi merek merupakan informasi terhadap merek yang diberikan oleh konsumen yang ada dalam ingatan mereka dan mengandung arti merek itu (Keller, journal of marketing, September 1993). Konsumen selalu mengidentifikasikan bahwa citra yang mereka miliki cocok dengan citra yang mereka inginkan. Menurut Zikmud (dalam Rangkuti, 2009: 90), konsumen cenderung mengidentifikasi sendiri sesuai dengan nilai simbolis dari keinginan mereka sendiri. Nilai simbolis yang berhubungan dengan mereka disebut dengan brand image.

SUPLEMEN MEGA MARKETING
KONSEP EXPERIENTAL MARKETING
Memasarkan dengan Sentuhan Emosional
Konsep Eksperiental Marketing mencoba mengeleminasi keunggulan fitur dan benefit. Sebab, kosumen tidak lagi membeli produk, melainkan sebuah pengalaman yang tercipta.
Benar jika seorang marketer masih terpaku pada teori lama yang sekedar bicara soal benefit dan benefit bagi konsumen, maka akan celaka. Sebuah merek akan “tergilas” apabila marketernya sibuk mengurusi kualitas dan banyaknya keuntungan yang didapat konsumen.
Semua merek melakukan itu. Sehingga, kompetisi dengan strategy dan taktik yang sama akan menghasilkan persaingan yang ketat. Jika sudah seperti itu, peperangan akan menghasilkan pemasaran “berdarah-darah” (red ocean). Sehingga, di butuhkan cara lain agar tidak kehabisan darah dan kalah di dalam persaingan.
Tentu saja ada beraneka cara untuk tampil beda (marketing diferentiation). Salah satunya adalah dengan lebih memperhatikan konsumen atau lebih bisa menyentuh emosi (emotional touch) pelanggan. Tidak cukup dengan sesuatu yang excellent, lebih dari itu, harus fantastik dan sensasional.
Ingat, pasar tidak berhenti sampai disitu. Konsumen sudah tak cukup puas diiming-imingi soal keunggulan, karena pesaing pun melakukan hal yang serupa. Menciptakan pengalaman unik dan berkesan dalam memori konsumen adalah solusinya. Solusi itu lantas disebut sebagai experiental marketing.
Menurut penggagas experiental marketing, Bernd H schmitt, kini konsumen tidak lagi hanya membeli produk, melainkan sebuah pengalaman yang tercipta dari mengkonsumsi produk tersebut. Konsumen bukan lagi sosok yang rasional, tapi sosok emosional yang peka dan punya fantasi.
Pemikiran Bernd ini sudah mengalir sejak tahun 1999. Dan, pemikiran itu terus tumbuh dab berkembang berkat pengaplikasiaan oleh para marketer yang kreatif. Hasilnya metode ini bisa dijadikan alat untuk mendekati, mendapatkan, dan mempertahankan konsumen hingga menjadi pelanggan loyal (loyal customer).
Bahkan, dalam pandangan staf pengajar Columbia University ini, dampak bola salju experiental marketing lebih luas dari emosi. Schimitt berpendapat, untuk menjalankan konsep experiental marketing dengan baik, diharapkan marketer menggenjot beberapa unsur, yaitu:
1. Sense.
2. Feel.
3. Think.
4. Act.
5. Relate.

Dan berikut ini adalah penjelasnya :
SENSE
Kalau bicara mengenai sense, maka kita akan membahas sesuatu yang bersifat kognitif. Ini tahap pertama. Jika ada sense, jelas ada experience. Ini soal style atau tema. Pengamat pemasaran dari Frontier Consulting Group, Handi Irwan D, mencontohkan, ketika masuk ke bank, style eksterior dan interiornya akan menghasilkan impresi. Impresi merupakan suatu pengalaman pertama. Kadang kala para marketer salah menyangka bahwa experiental marketing itu soal service yang ber-experience. Padahal tidak, konsumen memandang sesuatu yang menarik pun sudah bisa di sebut experiental marketing.
FEEL
Ini kaitannya dengan attitude. Misalnya konsumen berkata “wah kok bangku nya enak ya? Suasananya juga enak banget”. Ketika konsumen merasakan demikian maka dia akan lebih aware, lebih puas dan mau datang lagi. DIJAMIN!!!!!!!!!!!!!!!!!
THINK & RELATE
Apabila customer sudah berpikir, apalagi sampai berfikir secara kreatif dan optimal, otomatis ia mempunyai kemampuan untuk ber-experience.
Misalnya teh botol. Saat konsumen melihat logonya, sense akan berfikir produksinya dimana? Berfikir untuk meminumnya (act), lalu berfikir jika meminum prodik tersebut masuk ke society mana (relate)? Jadi, sudah mendapatkan semuannya.
Contoh lain :
Strabucks coffe jelas-jelas mampu mewakili dengan jelas konsep experiental marketing. Starbucks mampu mengahdirkan pengalaman yang berbeda dari yang sebelumnya. Pelanggan minum kopi di gerai itu tidak hanya untuk menghilangkan rasa haus, namun sekaligus menunjukan kenikmatan dan jati diri.
Yang pasti starbucks berhasil menyajikan kopi yang menabjubkan dan menghasilkan aroma kegairahan lingkungan (exciting environment). Tidak hanya itu strabucks juga mampu menghadirkan pengalaman yang unik, melibatkan aspek sensaional dan rasional bagi costomer. Sementara itu sederet perusahaan memamerkan experiental marketing dengan konsep open kitchen di gerainya seperti BreadTalk, BreadStory, dan J.CO. di industri penerbangan, ada Singapore Airlanes yang menyajikan pelayanan prima.
Segala unsur experiental marketing bisa berarti apabila apabila konsumen menerima atau mendapatkan pengalaman yang berkesan. Pengalaman itu bisa diwujudkan melalui experience provider, seperti komunikasi (above the line & below the line), produk (isi, kemasan), identitas produk, co-branding, website, lingkungan, dan sales force.
Namun demikian, dalam eksperiental marketing, kesan yang yang harus di timbulkan harus selalu positif. Contoh Nike, mengusung slogan” Just Do It”. Dengan begitu konsumen akan terpanggil untuk melakukan sesuatu. Ini yang sering misconception.
Langkah-langkah dalam exsperiental marketing atau biasa disebut customer experiental marketing :
Costomer experiental strategy adalah proses menciptakan suatu pengalaman pelanggan yang lebih optimal dalam lima tahap. Pertama, mencari pengalaman apa yang di butuhkan costomer. Untuk mendapatkan kehendak pelanggan, marketer bisa melakukan survei, bisa pula dengan mengadakan focus group discusion. Misalnya, apakah mereka (target market) pada saat minum memakai sedotan, dalam kondisi dingin, dan lain sebagainya. Harus di car sampai sedetil mungkin.
Kedua, mencari positioning strategy dengan menemukan janji dan eksperiental value promise-nya. Kemudian, baru menetapkan bentuknya. Umpamanya, akan memberikan kesegaran bagi pelangan yang sedang bertamasya. Ketiga, brand experience. Ini meliputi logo, slogan, dan event yang menghasilkan pengalaman. Elemennya bersifat statis.
Sisi satunya menyangkut customer interface. Ini terdiri dari service, call dinamis. Karenannya, untuk menghasilkan pengalaman marketer harus menggunakan brand experince dan customer interface. Brand experience biasanya dilakukan pada consumer product, sementara customer interface pada perusahaan jasa.
Maka dari itu, experiental marketing tidak hanya service, bisa pula untuk cunsumer product. Tetapi, semuanya harus memenuhi unsur rasional dan emsosinal. “ Ini yang tidak di pahami banyak marketer,”tandas tandi. Sementara tahap terakhir, untuk merangkum semua itu., harus dilakukan secara terus menurus. Jadi, customer experiental strategy adalah tahapan strategy adalah tahapan strategy untuk melaksanakan experiental marketing.
http://faisalmarketer.blogspot.com MARKETING10/VIII/OKTOBER2008

KONSEP IMC (INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION)
Menurut Duncan (2005), Principles of Advertasing and IMC, komunikasi pemasaran terpadu adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pesan suatu merek untuk dapat menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Jadi IMC merupakan suatu sinergi, kreativitas, integrasi, dan komunikasi pemasaran secara terpadu dengan cara memanfaatkan beragam elemen komunikasi yang berbeda-beda agar tercipta koherensi yang paling mendukung.
Kita dapat mengklaim memiliki komunikasi terpadu (integrated) secara penuh apabila kita sudah mengindentifikasikan satu per satu pesan inti yang mengarah pada satu ide kreatif besar dan dapat pula diimplementasikan pada segala bidang yang kita tekuni. Atau, kita boleh mengatakan mampu mempertahankan komunikasi terpadu dari waktu ke waktu apabila dalam perkembangannya, komunikasi kita dianggap benar sesuai keadaan dan karakteristik merek yang ada (Rangkuti, 2009: 30).
Integrated Marketing Communication merupakan alat untuk meningkatkan ekuitas merek karena dapat mempengaruhi perilaku yang diinginkan dari target market. Dengan mengelola ekuitas merek, perusahaan dapat meningkatkan loaylitas merek, meningkatkan market share, serta dapat bersaing dengan produk lain sejenis (Rangkuti, 2009: 59).
Tujuan komunikasi pemasaran secara terintegrasi atau Integrated Marketing Communication (IMC) adalah meningkatkan ekuitas merek . Produk yang memiliki ekuitas merek yang relative tinggi dibandingkan dengan produk-produk lain sejenis akan mudah mengajak konsumen untuk mencoba produk yang ditawarkan (Rangkuti, 2009: 59).

Menurut Rangkuti (2009: 64) proses membuat perencanaan IMC secara detail adalah melalui enam tahap:
1. Identifikasi Target Audiences
2. Analisis SWOT
3. Menentukan Tujuan Komunikasi pemasaran
4. Menentukan Strategi dan Taktik
5. Menyusun Budget
6. Malakukan Evaluasi Efektivitas

KONSEP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) :
Komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelannjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (local) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup (The World Bussiness Coucil for suistanable Development).
Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi tuntutan tak terelakan seiring dengan bermunculannya tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada di sekelilingnya. Ini artinya, telah terjadi pergeseran hubungan antara korporat dan komunitas. Korporat yang semula memposisikan diri sebagai pemberi donasi melalui kegiatan charity dan phylanthrohy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan ekstensi korporat (Rahman, 2009: 5).
Dalam praktiknya di Indonesia belum banyak perusahaan yang menerapkan CSR. Berdasarkan survei Kompas pada 2007, menyatakan bahwa 70% perusahaan di Indonesia belum melaksanakan CSR. Masih banyak yang menganggap CSR adalah beban dalam operasi produksi.
Rahman (2009) mengemukakan CSR adalah ‘investasi’ jangka panjang untuk mencegah krisis melalui peningkatan reputasi dan image korporat. Meski demikian, CSR bukanlah program yang dilakukan secara periodik, mengikuti tren, ataupun tanpa rencana. Hakikat CSR adalah menciptakan long term relationship dengan komunitas demi kehidupan yang lebih baik bagi semua. Oleh karena itu, perencanaan dan pengomunikasian program CSR harus dilakukan secara sistematis.

WELCOME TO THE NEW WAVE ERA
Yuswohady (2008) mengatakan bahwa makin banyak korban berjatuhan akibat “horizontalization”. Saat ini kita telah memasuki dunia yang sama sekali baru. “ A whole New world”. “New world with new rules of the game” and “new world with the new formula of success”.
Sumber malapetaka dating dari konnsumen. Karena saat ini konsumen telah berubah. Konsumen telah berubah menjadi mutan yang sama sekali berbeda dengan yang sebelumnya. Perubahan itu di sebabkan oleh kelahiran web technologies seperti blog, vblog, tags, chat, wikis, RSS, dig, coComent, internet messenger (IM), podcast, social networking telah merubah DNA konsumen.
Tools tersebut telah membebaskan konsumen untuk berkomunikasi, berinteraksi, berbagi, dan berkomunitas. Akibatnya secara natural konsumen pun bermetamorfose menjadi mahluk yang semakin mengelompok, berinteraksi intens satu sama lain dan membentuk crowd.


DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip. 2003. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1. Indonesia: PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA.
Kartajaya, Hermawan. 2004. Rethinking Marketing. Jakarta: PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA.
Rangkuti, Freedy. 2009. Strategi Pomosi yang Kreatif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rahman, Reza. 2009. “Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan”. Yogyakarta: MedPress.
Yuswohady. 2008. crowd. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Perkembangan Produk


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain produk yang baik akan dapat meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk, sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Akan tetapi, desain produk yang gagal mengakibatkan produk tidak terjual. Hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya dibidang desain saja, bidang yang lain pun akan terkena pengaruhnya.
Desain produk yang baik, harus memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang sering disebut segitiga aspek produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah, dan jadwal yang tepat.
Selanjutnya segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi suatu persyaratan dalam desain, yaitu desain harus dapat dirakit, didaur ulang, diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta waktu yang tepat. Untuk itu dalam mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail tentang fungsi-fungsi dari produk yang didesain. Guna mengetahui secara rinci tentang fungsi produk, dapat dilakukan dengan beberapa metode pendekatan, mulai dari metode yang sederhana hingga metode yang advance
B.        Tujuan Penulisan
Pada penulisan makalah ini, tentunya mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui perencanaan pengembangan produk
2.      Untuk mengetahui proses perencanaan pengembangan produk


BAB II
PEMBAHASAN
A.        Pengertian Perencanaan Produk
Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.
Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur,attau bagian desain saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan. Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil.
Dari sudut pandang investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan langsung.

Terdapat  5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1.  Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar  dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
2.  Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3.  Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim pengembangan.
4.  Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5.  Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada. Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk tersebut.
Di dalam suatu produk yang akan dikembangkan, tiap – tiap elemen suatu produk mempunyai fungsi – fungsi sendiri. Diantara fungsi – fungsi satu dengan yang lain terkadang ada saling terkait, sehingga suatu fungsi komponen akan menentukan fungsi komponen lainnya.
Secara umum penentuan fungsi produk dapat dicari dengan dua langkah, yaitu :
·         Identifikasi dan penyusunan fungsi produk.
·         Pengelompokan fungsi produk.
Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input menjadi sekumpulan output.Proses Pengembangan produk adalah langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan di mana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun , merancang, dan mengkomersialkan suatu produk.
Pengembangan produk adalah kegiatan interdisiplin yang membutuhkan kontribusi hamper semua bagian di perusahaan, namun ada 3 bagian yang memegang peranan penting, yaitu:
1.         Marketing
Fungsi marketing menjadi jembatan antaraperusahaan dan pelanggan. Marketin mengidentifikasi peluang sebuah produk, segmentasi pasar, dan identifikasi kebutuhan pelanggan. Marketing juga menentukan target harga, memimpin peluncuran dan promosi produk.
2.         Design
Fungsi desain memainkan peranan utama dalam menentukan bentuk fisik produk. Fungsi ini termasuk engineering design(mechanical, electrical, software, dll) dan ndustrial design(aesthetics, ergonomics, user interface, dll)
3.         Manufacturing
Fungsi manufactur bertanggungjawab untuk mendesain dan mengoperasikan system produksi untuk memproduksi produk. Temasuk dalam fungsi ini adalah purchasing, distribution, dan instalasi.

Proses perencanaan produk dilakukan sebelum suatu proyek pengembangan produk secara formal disetujui, sumber daya yang penting dipakai dan sebelum tim pengembang yang lebih besar dibentuk. Perencanaan produk merupakan suatu kejadian yang mempertimbangkan portofolio suatu proyek, sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan menetukan bagian apa dari proyek yang akan diikuti selama periode tertentu. Kegiatan perencanaan produk menjamin bahwa proyek pengembangan produk mendukung strategi bisnis perusahaan yang lebih luas dan menentukan:
a.     Proyek-proyek pengembangan produk apa yang akan dilakukan.
b.     Kombinasi pengembangan produk (produk baru, produk platform, atau produk turunan).
c.      Keterkaitan antar proyek dalam suatu portofolio.
d.     Waktu dan urutan proyek.
Setiap proyek terpilih dilengkapi dengan tim pengembang produk. Tim ini harus mengetahui misi proyek sebelum dimulai pengembangan. Misi setiap proyek seharusnya memuat:
a. Segmen pasar yang dapat dipertimbangkan untuk merancang dan mengembangkan produk.
b. Teknologi yang digunakan.
c. Target proyek secara finansial.
d. Anggaran dan deadline proyek.


B.        Proses Perencanaan Produk
Rencana produk mengidentifikasi portofolio produk-produk yang dikembangkan dan waktu pengenalan ke pasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan produk, yang diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk dan analisis keunggulan para pesaing.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses:
1. Mengidentifikasi peluang
Peluang-peluang melibatkan beberapa dari 4 (empat) tipe proyek pengembangan produk, yaitu:
a. Produk baru.
b. Turunan dari produk yang sudah ada.
c. Perbaikan produk yang sudah ada.
d. Produk yang pada dasarnya baru.

Identifikasi peluang dapat dilakukan dengan cara:
a. Keluhan pelanggan terhadap produk sejenis yang sudah ada.
b. Analisa keunggulan dan kelemahan produk pesaing.
c. Usulan pelanggan yang dikumpulkan secara otomatis.
d. Pertimbangan implikasi terhaadap adanya kecenderungan dalam gaya idup, demografi dan teknologi untuk kategori yang produk ada dan peluang-peluang kategori produk baru.
2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang sudah ada adalah:
a. Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan melakukan diskusi pada tingkat manajemen merupakan sebuah kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing.Beberapa strategi yang mungkin untuk diterapkan:
a) Kepemimpinan yang berbasis pada teknologi.
b) Kepemimpinan berbasis efisiensi biaya.
c) Fokus pelanggan.
d) Produk tiruan.
b. Segmentasi pasar
Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas. Pemetaan produk-produk pesaing dan milik sendiri dalam segmen-segmen akan membantu perusahaan dalam memperkirakan peluang produk yang menyebabkan kelemahan lini produknya dan dan yang memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing.


c. Perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaanyang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan teknologi dasar yang baru dalam lini produk.
d. Perencanaan platform produk
Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam sekumpulan produk. Platform yang efektif dapat memungkinkan variasi turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, yang setiap produk memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar utama.
Keputusan mengenai platform produk sangat berkaitan dengan usaha pengembangan produk dari perusahaan dan untuk memutuskan mengenai teknologi mana yang akan digunakan untuk produk baru.
Satu teknik untuk mengkoordinasikan pengembangan teknologi dengan perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Peta jalur teknologi merupakan cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relevan untuk produk yang dipertimbangkan.
e. Evaluasi peluang produk baru secara fundamental
Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang produk baru secara fundamental adalah:
a) Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata).
b) Tingkat pertumbuhan pasar (persen per tahun).
c) Intensitas persaingan (jumlah pesaing dan kekuatannya).
d) Pengetahuan perusahaan mengenai pasar.
e) Pengetahuan perusahaan mengenai teknologi.
f) Kesesuaian dengan produk perusahaan lain.
g) Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.
f. Menyeimbangkan portofolio proyek pengembangan
Metode penyeimbang portofolio akan melibatkan pemetaan portofolio sesuai dengan dimensi-dimensi yang berguna, sehingga manajer akan mempertimbangkan implikasi dari keputusan perencanaan. Pendekatan pemetaan yang dikemukakan Cooper et al (1998) melibatkan dimensi seperti resiko teknis, pengembalian finansial, daya tarik pasar dan sebagainya.
3. Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu
a.  Pengelolaan sumber daya
Perencanaan agregat akan membantu perusahaan dalam penggunaan sumber daya secara efisien dengan mengambil proyek-proyek yang beralasan untuk diselesaikan berdasarkan sumber daya yang dianggarkan.
b.  Penentuan waktu proyek
Penentuan waktu dan urutan proyek harus mempertimbangkan faktor-faktor:
a) Penentuan waktu pengenalan produk.
b) Kesiapan teknologi.
c) Kesiapan pasar.
d) Persaingan dalam penawaran produk.
4. Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan
Tahap ini dilakukan setelah proyek disetujui, tetapi sebelum sumber daya penting digunakan. Kegiatan ini melibatkan tim fungsional silang yang disebut tim inti. Pada poin ini pernyataan kesempatan yang lebih sesegera mungkin ditulis kembali sebagai suatu pernyataan visi produk.
Sasaran yang terdefinisi dalam pernyataan visi produk kadang sangatlah umum. Untuk memberikan petunjuk yang jelas bagi organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat dalam suatu pernyataan misi.
a. Pernyataan misi
Pernyataan misi mencakup:
a) Uraian produk ringkas, mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik.
b) Sasaran utama bisnis, mencakup waktu, biaya dan kualitas.
c) Pasar target untuk produkmengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan.
d) Asumsi dan batasanuntuk mengarahkan usaha pengembangan.
e) Stakeholder, untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan-keputusan tentang produk. Daftar stakeholdermenyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangakn kebutuhan setiap konsumen.
b. Asumsi dan batasan
Asumsi dan batasan diperlukan agar pengembangan teknis dari produk lebih terarah. Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam menyatakan asumsi dan batasan:
a) Manufaktur, mempertimbangkan kemampuan, kapasitas, dan batasan operasional manufaktur.
b) Pelayanan. Pelayanan pelanggan dan pendapatan pelayanan sangat menentukan keberhasilan perusahaan, sehingga perusahaan perlu menyatakan sasaran strategis untuk tingkat-tingkat kualitas pelayanan.
c) Lingkungan. Sasarannya adalah bahwa seluruh komponen akan dimanufaktur kembali atau didaur ulang atau keduanya Sehingga seharusnya tidak ada komponen yang dibuang pelanggan.
c. Penentuan staf dan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan lain.

5. Merefleksikan hasil dengan proses
Langkah terakhir dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya menanyakan beberapa pertanyaan untuk memperlirakan kualitas hasil dan proses.
Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu reality check harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah awal ini merupakan waktu untuk perbaikan.
BAB III
KESIMPULAN
Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.
Terdapat  5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1.  Kualitas Produk
2.  Biaya Produk
3.  Waktu Pengembangan Produk
4.  Biaya Pengembangan
5.  Kapabilitas Pengembangan.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses:
1.      Mengidentifikasi peluang
2.      Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
3.      Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu
4.      Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan
5.      Merefleksikan hasil dengan proses



DAFTAR PUSTAKA